Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menangkap peristiwa dengan Smartphone

    Desember 2004. Tsunami raksasa menerjang Aceh. Ribuan orang menjadi korban. Kota Banda Aceh luluh lantak. Tragedi mengerikan itu sontak jadi sorotan dunia. Media massa nasional dan internasional, selama berminggu-minggu terus memberitakan bencana besar itu. Dari sekian banyak tayangan berita di televisi, muncul tayangan rekaman video amatir.
    Rekaman itu menyedot perhatian, karena merekam detik-detik ketika Tsunami menyapu kota Banda Aceh. Sesuatu yang tak berhasil diperoleh wartawan dan juru kamera stasiun televisi manapun.
    Video itu dibuat Cut Putri, yang merekam terjangan air bah dari lantai dua rumahnya yang juga tak luput dari hantaman tsunami.
    Cut Putri bukanlah seorang reporter, la hanya warga (Banda Aceh) biasa, yang kebetulan merekam bencana itu. Tapi hasil rekamannya itu, punya nilai berita istimewa, yang menjadi buruan media massa manapun. Karena, direkam tepat pada lokasi kejadian, dan tepat pada peristiwa itu terjadi. Sesuatu yang nyaris tak mungkin didapat oleh reporter pemburu berita dari stasiun televisi manapun -yang biasanya muncul setelah kejadian berlangsung.
    Apa yang dilakukan Putri, sebenarnya bisa dilakukan siapapun. Merekam, atau memfoto peristiwa, lalu mengirimkannya ke stasiun televisi, atau ke media sosial seperti YouTube, Facebook, dan sebagainya. Kegiatan itu, dikenal dengan nama Citizen Journalism (CJ), pelaporan berita oleh warga. Belakangan ini, CJ makin mendapat tempat. Beberapa stasiun televisi nasional, mengundang setiap orang untuk mengirimkan hasil liputan mereka. Kalau layak, selain ditayangkan, juga mendapat imbalan.
    Tak sulit sesungguhnya, untuk menjadi reporter warga seperti itu. Teknologi sudah sangat mendukung. Perangkat hape sekarang, rata-rata sudah dilengkapi fitur kamera yang canggih. Jaringan internet yang disediakan
    operator, juga sudah mampu mengirim file foto atau video dengan cepat. Operator GS rata-rata sudah menyediakan koneksi 3G untuk koneksi internet. Sementara operato CDMA, seperti Smartfren, sudah punya CD 2000 1x EVDO Rev.A dan Rev.B, yang marr mentransfer data hingga 9,3 mbps. Bahka EVDO Rev B fase 2 bisa ngebut hingga 14,' mbps.
    Sekarang tinggal mengasah kejelian "menangkap" peristiwa yang punya nilai berita tinggi. Serta mengasah ketrampilan memfoto atau merekam dengan sudut-suc yang menarik. Satu tips lain adalah, gunak koneksi internet dari operator, yang tak ha menyediakan koneksi lancar, tapi juga den tarif yang bersahabat.
    Seperti Smartfren, yang menyediakan paki komplit bernama Smartplan. Hanya denga Rp50 ribu, sudah mendapat paket data internet sebesar 1,5 GB dengan bonus nel gratis ke sesama nomor smartfren plus gr; 20 menit telepon ke operator lain selama sebulan penuh. Nah sekarang, bila Anda melihat tabrakan dahsyat, apa yang akan anda lakukan? Menolong atau merekam peristiwa itu.






    Posting Komentar untuk "Menangkap peristiwa dengan Smartphone"